Bukan
Papa Idaman.
Judul
Buku : Papa Idamanku
Penulis
: Farah Hasanah, Dinda Rahmadhani, dkk
Penerbit
: Peci, Idiva, Solo
Cetakan
: Maret 2020
Tebal
buku : 146 hlm
Harga :
39.000
“Selamat pagi, Anesa. Anak Papa
paling cantik, baik hati dan rajin menabung.”
Nesa sebal dengan Papanya. Bukan
karena Papanya tidak baik, tidak perhatian, tapi karena Papanya tersebut suka
mengeluarkan kata-kata yang terdenganr lebay di telinganya. Padahal, setahu
Nesa, Papa bukan sastrawan atau pujangga.
Nesa semakin sebal karena Papanya
tidak hanya lebay di depannya, di depan Mama atau di depan adiknya. Tapi juga
di depan teman-temannya. Akibatnya, teman-temannya sering bisik-bisik
membicarakan kelebayan Papanya.
Suatu hari, Papa dipindah tugaskan
ke kota lain. Tentu saja Nesa ikut serta pindah dan mencari sekolah baru.
Beruntung, Nesa punya teman baru di
rumah barunya yang juga satu sekolah. Di bernama Arina. Saat Arina main ke
rumah, Papa ikut ngobrol. Tentu saja dengan kata-kata puitis, lebay.
Di depan Nesa, Arina terlihat tidak
ada masalah. Tapi Nesa takut Arina akan menceritakan kelebayan Papanya ke
teman-teman di sekolah barunya.
****
Hari pertama di sekolah barunya,
Nesa berkenalan dengan Neta yang mengaku sebagai penulis cilik. Yang membuat
heran, teman barunya tersebut punya penulis idola yang namanya seperti nama
Papa.
Siapakah sebenarnya Papa Nesa?
Buku kumpulan cerpen anak bertajuk
Papa Idamanku, berisi 11 cerita yang ditulis anak-anak hebat, penulis-penulis
masa depan yang menjuarai Kompetisi Menulis yang diadakan Penerbit Indiva tahun
2019.
Selain cerita apik berjudul Papa
Idamanku yang ditulis dik Farah Hasanah K, ada banyak cerita lain dalam buku
ini. Seperti, Sepatu Alma, Bola Persahabatan, Bukan Bekal Biasa, Tangan
Malaikat dan masih banyak lagi cerita lainnya.
Meskipun penulisnya anak-anak yang
sebagian besar masih duduk di Sekolah Dasar, buku ini sarat hikmah yang bisa
dipetik oleh para pembacanya. Tidak hanya itu, cerita-cerita di buku ini juga
ada lucunya, ada harunya, pokoknya seru deh.
Kelebihan lain, kumpulan cerita anak
ini juga layout dan ilustrasinya cantik dan menawan.
Catatan saya, di buku ini ada cerita
tentang pelukis cilik yang ngambek, mogok melukis gara-gara mendengarkan
ceramah di sebuah radio.
Menurut saya, tema dan cerita ini
terlalu berat. Padahal anak-anak harus fun saat melahap sebuah buku. Mengapa? Agar
minat bacanya terus terjaga.
Di luar itu, buku ini harus dibaca
siapa saja. Terutama anak-anak mulsim.
Peresensi
: Sutono, FLP Tegal.
FB
: Sutono Suto
IG
: sutono_adiwerna