Jumat, 25 Desember 2020

Ayah aku mohon maaf

 


Dan pohon kemuning
Akan seg'ra kutanam
Suatu saat kelak dapat jadi peneduh
Meski-pun hanya jasad
Bersemayam di sini
Biarkan aku takafur
Bila rindu
Kepadamu
Walau tak terucap
Aku sangat kehilangan
Sebagian semangatku ada dalam doamu
Wari-san yang kau tinggal
Petuah sederhana
Aku catat dalam jiwa dan coba kujalankan
Meskipun aku tak dapat menunggguimu saat terakhir
Namun aku tak kecewa
Mendengar engkau berangkat
Dengan senyum dan ikhlas
Aku yakin kau cukup bawa bekal
Dan aku bangga jadi anakmu
Ayah aku berjanji
Akan aku kirimkan
Doa yang pernah engkau ajarkan kepadaku
Setiap
Sujud sembahyang
Engkau hadir terbayang
Tolong bimbinglah aku
Meskipun kau dari sana
Sesungguhnyalah aku menangis sangat lama
Namun aku pendam agar engkau berangkat dengan tenang

( lirik kerennya Ebiet G Adhe )


Rabu, 16 Desember 2020

Welcome Roy

 Saat masih sekolah dasar, saya baca potongan cerbung Balada Si Roy dari kertas bungkus nasi. Kemudian sempat pinjam majalah Hai dari tetangga yang waktu itu udah remaja dan kebetulan punya majalah Hai.

Tahun berselang, saya sering mendapati nama penulis Balada Si Roy, Mas Golagong menulis skenario sinetron atau novelnya di layarkacakan. Salah satunya, Pada Mu ku bersimpuh yang dibintangi kalau nggak salah oleh Iis Dahlia, Ineke Koesherawati dll.

Lulus SMA, mulai kenal majalah Annida dan kerap baca cerpen Mas Golagong di sana. Kemudian saya bergabung dengan FLP cabang Tegal.

Pas Munas FLP tahun 2009, saya sebangku dengan relawan Rumah Dunia yang juga aktivis FLP Serang ( Abdl Karim kalau nggak salah ). Nah dari dia, saya mendapat nomor kontak Mas Gong. Isenglah saya sms Mas Gong. Pas sidang komisi, saya mendapat balasan sms dari Roy''. Isinya, maaf saya tidak bisa dapat hadir di Munas FLP karena sedang pengapuran tulang. Membaca sms ini, rasanya senang, bahagia tapi campur sedih.

Tahun 2012, saya bela-belain ke Pekalongan begitu tahu Roy ngisi pelatihan travel writer di sana. Sst, karena kantong mepet, saya ngambil tiket acara yang ndak dapat buku travel writer sehingga lebih murah. Lumayan lho, bisa buat ongkos nak bus.

Tahun berselang lagi, seneng banget ketika mendengar BSR mau difilmkan. Kala itu, munculah nama nama hits seperti Fathir, Ramon, Nicholas Saputra, Reza Rahardian yang digadang-gadang menjadi Roy. Sayangnya, itu ndak terjadi.

Baru 2019 lah, Fajar Nugros yang serius banget memfilmkan BSR. Tahun 2020, Desember, terpililah Abidzar Al Gifari sebagai Roy dan Febby Rastanty sebagai Ani aka Dewi Venus.

Welcome Roy, Abidzar, Febby dan pemain lainnya.




Jumat, 04 Desember 2020

Kenapa Sinetron Ikatan Cinta Hits?

 Di dunia maya maupun di dunia nyata, hampir semua membahas sinetron yang dibintangi Amanda Manopo, Arya Seloka, Evan Sanders dll ini. Ratingnya tembus 19. Why? Kenapa?

1. Pemainnya fresh yah walaupun Amanda, Evan, Arya bukan bintang baru. Tapi beberapa tahun ini sinetron cenderung Varell, Wilona, Stevans dan kawan-kawannya. Bosankan?

2. Ceritanya bukan cuma orang ketiga tapi ada misteri dan yang khas ada panti asuhannya. Jarangkan?

3. Ost nya Babang Fadly, kemudian dicover oleh Astrid juga nyatu banget dengan ceritanya, kayaknya.

4. Bosen dengan drama remaja ala-ala Putri dan Pangeran, Anak Jalanan, mungkin publik rindu ala drama keluarga tahun 1990an seperti Noktah Merah Perkawinan, Tersanjung etc

5. Kalau nonton drama yang komedi juga sering terlalu panjang, kapan tamatnya, kapan lihat bintang baru kan?

6. Ceritanya konon kaya drakor, tapi saya ndak pernah nonton drakor ding.

7.Mungkin rezekinya Amanda, Evans dll tahun ini ya.

8. Dialognya baper, kayak di novel-novel.



Rabu, 02 Desember 2020

Dari Silnas FLP 2020

 Pas mendaftar ikut Silnas FLP 2020, saya juga sedang proses registrasi ikut uji sertifikasi penulis nonfiksi yang diselenggarakan Puskurbuk. Sayangnya, pas jadwal ujian dibuka, tanggalnya 27 november sampai dengan desember 2020. Sedang Silnas tanggalnya 28 sampai dengan 29 November, sama-sama via webinar, zoom.

Titik terang, ketika uji sertifikasi mengharuskan para peserta harus menggunakan zoom dari dua perangkat sekaligus yakni HP dan Leptop. Dan di rumah ndak ada leptop. Ada leptop tapi punya adik, dan rusak. Terpaksa, dengan berat hati, saya undur diri dari agenda puskurbuk.

Masalah selesai? No. Beberapa hari menjelang Silnas, saya dikirimi rundown acara yang ternyata full banget selama dua hari. Hari pertama, dari jam 8 pagi hingga 9 malam. Kebayang betapa riwehnya seharian di depan HP. Saya juga mikir, kira-kira agenda bisa ikut semua nggak? kira-kira HPnya bersahabat nggak? kira-kira kouta dan baterai bersahabat nggak?. Tambah lagi, saya harus berada di komisi A, yang bahas AD/ART yang kalau offline saat sidang komisi bisa sampai subuh hari.

Sabtu pagi, saya stay di depan HP sambil ngejaga warung. Energi muncul ketika Kang Irfan, Mas Zein, Daeng Gegge dan lain-lain menyapa "Eh ada penulis produktif dari Tegal nih ( alhamdulillah didoakan ), Eh Mas Suto sekarang subur, Mas Suto, piye kabari dan lain sebagainya."

Ternyata berkah energi ini, satu persatu agenda hari pertama terselesaikan. Bukan tanpa masalah, tapi semua disiasati. Saya buka vidio pas acara belum dimulai, setelah itu mute mik, mute kamera kalau ngasih pendapat, tanya di kolom chat. Yah walaupun itu sebenarnya melanggar tata tertib silnas. Hihii. Pas sharing time Uni Imun dan Kang Irfan, saya kepaksa via youtube karena HP puanas banget.Malam harinya juga ikut meeting sambil jaga warung, sambil ngasih les privat seperti biasanya.

Pagi harinya, beruntung karena tata tertibnya ndak seketat hari pertama. Saya menyimak ilmu tentang transformasi bacaan anak dari Mas Ali Muakhir, Menulis Menyembuhkan dari Mba Ije, Manfaat Belajar Sastra dari Mba Helvi, Sastra Islami oleh Kang Abik, serta FLP to global yang diisi dari Mba Asma, Mba Sinta dan Mba Dee serta agenda-agenda lain yang dikomandani Mba Afra dan panitia silnas FLP 2020.

Terakhir, saya berterimakasih sekali dengan teman-teman panitia Silnas FLP yang sangat luar biasa, dan bersyukur Silnas kali ini via Zoom. Kenapa? karena baru-baru ini ada pejabat dan ulama yang kena covid padahal mereka berdua sangat menjaga protokol kesehatan. Banget.




Selasa, 01 Desember 2020

Resensi Buku Indiva 1

 

Bukan Papa Idaman.

Judul Buku : Papa Idamanku

Penulis : Farah Hasanah, Dinda Rahmadhani, dkk

Penerbit : Peci, Idiva, Solo

Cetakan : Maret 2020

Tebal buku : 146 hlm

Harga : 39.000

 

            “Selamat pagi, Anesa. Anak Papa paling cantik, baik hati dan rajin menabung.”

            Nesa sebal dengan Papanya. Bukan karena Papanya tidak baik, tidak perhatian, tapi karena Papanya tersebut suka mengeluarkan kata-kata yang terdenganr lebay di telinganya. Padahal, setahu Nesa, Papa bukan sastrawan atau pujangga.

            Nesa semakin sebal karena Papanya tidak hanya lebay di depannya, di depan Mama atau di depan adiknya. Tapi juga di depan teman-temannya. Akibatnya, teman-temannya sering bisik-bisik membicarakan kelebayan Papanya.

            Suatu hari, Papa dipindah tugaskan ke kota lain. Tentu saja Nesa ikut serta pindah dan mencari sekolah baru.

            Beruntung, Nesa punya teman baru di rumah barunya yang juga satu sekolah. Di bernama Arina. Saat Arina main ke rumah, Papa ikut ngobrol. Tentu saja dengan kata-kata puitis, lebay.

            Di depan Nesa, Arina terlihat tidak ada masalah. Tapi Nesa takut Arina akan menceritakan kelebayan Papanya ke teman-teman di sekolah barunya.

            ****

            Hari pertama di sekolah barunya, Nesa berkenalan dengan Neta yang mengaku sebagai penulis cilik. Yang membuat heran, teman barunya tersebut punya penulis idola yang namanya seperti nama Papa.

            Siapakah sebenarnya Papa Nesa?

            Buku kumpulan cerpen anak bertajuk Papa Idamanku, berisi 11 cerita yang ditulis anak-anak hebat, penulis-penulis masa depan yang menjuarai Kompetisi Menulis yang diadakan Penerbit Indiva tahun 2019.

            Selain cerita apik berjudul Papa Idamanku yang ditulis dik Farah Hasanah K, ada banyak cerita lain dalam buku ini. Seperti, Sepatu Alma, Bola Persahabatan, Bukan Bekal Biasa, Tangan Malaikat dan masih banyak lagi cerita lainnya.

            Meskipun penulisnya anak-anak yang sebagian besar masih duduk di Sekolah Dasar, buku ini sarat hikmah yang bisa dipetik oleh para pembacanya. Tidak hanya itu, cerita-cerita di buku ini juga ada lucunya, ada harunya, pokoknya seru deh.

            Kelebihan lain, kumpulan cerita anak ini juga layout dan ilustrasinya cantik dan menawan.

            Catatan saya, di buku ini ada cerita tentang pelukis cilik yang ngambek, mogok melukis gara-gara mendengarkan ceramah di sebuah radio.

            Menurut saya, tema dan cerita ini terlalu berat. Padahal anak-anak harus fun saat melahap sebuah buku. Mengapa? Agar minat bacanya terus terjaga.

            Di luar itu, buku ini harus dibaca siapa saja. Terutama anak-anak mulsim.

 

 

            Peresensi : Sutono, FLP Tegal.

    


            FB : Sutono Suto

            IG : sutono_adiwerna

Serunya beli buku-buku seken

 1. Buku yang kita dapatkan original dengan harga terjangkau. 2. Pernah mendapatkan buku yang edisi PO, ada tanda tangan penulisnya. 3. Pern...