Jumat, 16 Agustus 2019

Penyesalan Awan


                Ibu masih duduk di tepi ranjang besi tua tempat Wak Tayo terbaring  ketika aku hendak  berpamitan untuk pergi nonton film dengan Lina, cewek tercantik, terpopuler di SMA Tiga
                “ Bu Awan pergi dulu ya ! “ pamitku dengan perasaan tak enak
                “ Kamu nggak kasihan sama Uwakmu? Kalau ada apa – apa dengannya bagaimana? “ ujar Ibu pelan, matanya sembab
                “ Ibu lebai deh.  Kan ada Ibu, ada Mas Memet. Ibu juga bisa kan telpon atau sms jika terjadi sesuatu dengan Uwak “ sentakku
                “ Ya sudah kalau begitu. Hati – hati ! pulangnya jangan terlalu larut ya ! “ kata Ibu akhirnya, mengalah
***
                Sudah  beberapa minggu ini, Wak Tayo sakit dan tidak bisa ke mana -  mana selain berbaring di ranjang besi using  di ruang tengah. Kami sudah membujuknya  pergi periksa ke dokter  tapi Wak Tayo menolak. Dalihnnya,  karena tidak ingin merepotkan kami bertiga
                Uwak Tayo adalah kakak ibuku. Kata ibu, Wak Tayo tidak bisa melihat sejak dia masih  kecil. Masih kata ibu, Wak Tayo kecil  waktu itu mandi di sungai, tanpa disadari mata kecil nan suci nya kemasukan air kencing blentung sehingga sampai sekarang tidak bisa melihat dunia. Meski tidak bisa melihat, Wak Tayo tidak mau menggantungkan diri pada nenek, juga pada  ibuku. Dia bisa memanjat pohon kelapa, mengasah pisau – pisau dan gaman para  tetangga, membuat sapu lidi. Sapu lidi bikinan Wak Tayo, terkenal tahan lama dan tidak mudah rusak.  Singkatnya, Wak Tayo punya mata lain yang membuat dia tak pernah kesulitan pergi ke mana – mana
                Kami terutama aku kecil,  berhutang banyak pada Wak Tayo. Ketika lelaki yang aku panggil bapak pergi meninggalkan kami demi perempuan lain, Wak Tayo jadi pahlawan kami. Wak Tayo sering memberi aku dan Mas Memet  uang jika ibu sedang tidak punya uang sepeserpun
***
                Malam itu aku dan Lina menonton fillm remaja yang ceritanya begitu romantis. Sepanjang film berlangsung, tangan kami bertautan seolah tak terpisahkan. Aku begitu bahagia karena berhasil mendapatkan hati Lina. Sepanjang film juga, HP sengaja aku matikan demikian juga HP Lina
                Dua jam kemudian, setelah film usai, aku mengantar Lina pulang ke rumahnya  tanpa kembali mengaktifkan HP terlebih dahulu. Motor matik kesayanganku melaju membelah malam menuju rumah Lina kekasihku
                Entah kenapa di sepanjang jalan,  penyesalan, perasaan tidak enak tiba – tiba datang menyusup
                Memoriku terlempar saat aku masih kecil. Aku  kecil, sering diajak Wak Tayo pergi ke ladang mencari kupu – kupu dan kumbang, aku kecil juga selalu menunggu Wak Tayo pulang membawa telur bebek pemberian Bu Haji yang biasa menyuruh Wak Tayo bersih – bersih taman atau mengasah pisau – pisau Bu Haji yang kebetulan punya kios daging di Pasar Trayeman. Aku juga ingat ketika kecil, Uwak Tayo selalu melindungi jika ada teman – teman ku yang nakal meledekku tidak punya bapak
                Karena rasa sesal dan  perasaan tak enak itu, begitu Lina sampai di rumahnya, aku menambah laju kecepatan motor matik kesayanganku
                Ketika perasaan tak enak itu tak kunjung hilang, sepanjang jalan aku berzikir menyebut nama Allah,  berharap perasaanku tenang kembali. Aku bukan laki – laki cengeng. Tapi entah mengapa malam itu air mataku menetes satu satu
                Begitu sampai di rumah, aku terkejut demi  mendapati rumah sederhana kami sudah ramai. Banyak tetangga berkumpul. Samar – samar aku mendengar lantunan ayat suci. Dengan buru – buru, aku memarkir motor dan segera menghambur ke dalam rumah. Kepalaku mendadak berat, tubuhku mendadak seringan kapas di hadapan tubuh kaku Wak Tayo yang sudah ditutupi kain jarik milik ibu, mataku berkunang – kunang sebelum akhirnya tubuhku  ambruk tak sadarkan diri




Tentang penulis : Sutono Adiwerna adalah penulis cerma dan cernak tinggal di Tegal. Cerpen cerpennya pernah dimuat di Minggu Pagi, Cempaka, Radar, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka dan lain – lain. Selain penulis, Sutono juga guru eskul kepenulisan dan pegiat literasi
                 


                

1 komentar:

  1. terimakasih kak..sudah mampir..ini mau meluncur yaa ke blog alister n

    BalasHapus

Serunya beli buku-buku seken

 1. Buku yang kita dapatkan original dengan harga terjangkau. 2. Pernah mendapatkan buku yang edisi PO, ada tanda tangan penulisnya. 3. Pern...