Paska jatuh dua tahun lalu, bapak yang ingatannya sudah mengabur tidak bisa lagi jalan. Awalnya saya shock, capek, marah entah kepada siapa karena harus ekstra menjaga bapak. Tapi lambat laun, meski kadang bapak yang pikun, kerap membuat tensi naik darah, saya mulai menerima bahwa dalam hidup itu ada siklus. Dalam hidup ada saling berganti. Dulu bapak yang merawat kami, sekarang giliran kami, anak-anaknya yang menjaga beliau dengan semampu hati.
Dalam kurun waktu dua tahun, bapak juga kerap kena demam, badannya menggigil hebat. Tapi kami selalu berhasil mengatasi entah dengan minyak urut, minyak kayu putih, fresh care etc. Tapi tidak pada hari itu, badan bapak demam, menggigil tak kunjung sembuh. Kami bingung, mau ngasih obat, juga beliau tidak mau makan kecuali minum madu instan. Itupun dengan susah payah.
Sore hari panas bapak belum turun. Tapi, alhamdulillah menggigilnya sudah hilang. Tapi tengah malam, bapak menggigil lagi dan dalam cukup lama. Karena bapak juga meracau, ingin pulang, manggil-manggil orang-orang yang sudah meninggal dunia, kami memutuskan mengaji di sebelah bapa. Kami sempat shock lagi ketika tiba-tiba mata bapak ndak lagi bisa melihat, napasnya tersengal.Naik-turun, panjang-tipis.
Kami terpaksa memanggil kerabat, tetangga selain minta doa, kami ikut tergugu melihat kerabat-tetangga minta maaf sama bapak.
Saya juga sempat meminta hadiah fateha kepada jamaah salat subuh di musalah dekat rumah.
Jam 7 pagi minggu terakhir Oktober 2020 bapak, mangkat, mengakhiri jatah umurnya. Ohya bapak wafat dalam usia 80an lebih.
Alfatiha.
Semoga Allah menerima segala amal baik Bapaknya Mas Sutono dan mengampuni segala dosa-dosa beliau.
BalasHapusAamiin. Syukron doanya Yus.
HapusSaya jadi menangis membaca ini, Mas. Teringat kedua almarhum orang tua yang meninggal di samping saya semua. Alfatihah untuk Bapak Mas Tono. Semoga dilangpangkan kuburnya. Aamin.
BalasHapusaamiin. terimakasih sudah mampir.
Hapus