Senin, 30 November 2020

Kisah Bersama Radar Tegal

 


Tahun 2007, saya mulai merintis karir di dunia kepenulisan. Media massa yang ada kolom cerpen dan puisinya kala itu, saya kirimi naskah termasuk  Radar Tegal. Awal-awal, saya mengirimkan naskah-naskah tersebut via pos. Puisi, cerpen yang saya ketik di rental komputer saya print, saya baca ulang. Kalau sudah benar-benar dirasa oke, barulah saya membeli amplop, pranko dan membawa naskah tersebut ke kantor pos untuk dikirim ke alamat media yang saya incar. Dan semuanya sukses. Sukses ditolak dan tanpa kabar.

                Suatu hari, setelah saya sudah punya email, saya mengirim cerpen bertajuk Bukan Mimpi Yang Terpenggal. Isi cerpen tersebut tentang seorang pemuda yang bermimpi menjadi penulis terkenal seperti Habiburahman Elsirazy yang kala itu mencuat dengan Ayat-ayat Cinta-nya, seperti Helvy Tiana Rosa yang beken dengan Ketika Mas Gagah Pergi, atau sehebat Jony Ariadinata yang kala itu menjadi redaktur majalah sastra Horizon. Cerpen-cerpen Jony juga kerap menghias media massa lain baik sebagai penulis cerpen maupun menggawangi tanya jawab tentang cerpen di sebuah majalah.

                Rupanya, saking semangatnya ngirim, di bawah cerpen saya  lupa memberi nama pengarang apalagi biodatanya. Jadi pas cerpen tersebut tayang di Radar, nama penulisnya adalah alamat email saya, sutono_adiwerna. Sejaka saat itu, karena cerpen pertama yang berhasil goal dimuat, saya memakai nama tersebut sebagai nama pena hingga sekarang. Sekedar info, sekarang saya telah menulis kurang lebih 80-an di media massa baik lokal maupun nasional. Telah menulis beberapa buku berupa kumpulan cerpen dan kumpulan cerita anak. Alhamdulillah.

                2009, saya yang masih merintis karir di dunia kepenulisan, melengkapi niat tersebut saya keluar dari pekerjaan sebagai pelayan toko besi menjadi loper koran. Termasuk Radar Tegal. Saya masih ingat awal menjadi loper, mencari pembeli, pelanggan koran itu susahnya minta ampun. Tapi saya tetap kekeuh berjualan koran. Koran Radar, paling laku jika hari sabtu. Mungkin karena iklan lowongan kerjanya sangat melimpah kala itu, mungkin juga karena kalau sabtu halaman lebih tebal, atau bisa jadi karena sebagian kantor pemerintah tutup, jadi para pembaca yang biasanya nebeng di kantor, berduyun-duyun ke lapak koran.

                Tidak hanya itu, berkah dari jualan koran, karir kepenulisan saya alhamdulillah semakin berkembang. Tercatat Radar beberapakali memuat cerpen, puisi, opini yang saya tulis. Tidak hanya, itu saat menagih honor ke kantor redaksi, ternyata sekertaris Radar Tegal kala itu teman saya saat SMP jadi bisa reuni kecil dengan Mba Risma kala itu.

                Kenangan lain, profil saya pernah dimuat di Radar Tegal beberapa kali. Yang pertama ditulis oleh Mas Fatkhudin yang kedua oleh Alm Ghoni. Alfatiha.

                Terakhir, ijinkan saya mengucapkan selamat ulang tahun ke 20 kepada Radar Tegal. Semoga koran kebanggaan wong Tegal ini bisa terus bertahan, berkembang beriring pesatnya digitalisasi. Aamiin.

               

                Sutono, adalah Ketua FLP Tegal, serta pegiat literasi.

Jumat, 20 November 2020

Selamat Jalan Bapak

 Paska jatuh dua tahun lalu, bapak yang ingatannya sudah mengabur tidak bisa lagi jalan. Awalnya saya shock, capek, marah entah kepada siapa karena harus ekstra menjaga bapak. Tapi lambat laun, meski kadang bapak yang pikun, kerap membuat tensi naik darah, saya mulai menerima bahwa dalam hidup itu ada siklus. Dalam hidup ada saling berganti. Dulu bapak yang merawat kami, sekarang giliran kami, anak-anaknya yang menjaga beliau dengan semampu hati.


Dalam kurun waktu dua tahun, bapak juga kerap kena demam, badannya menggigil hebat. Tapi kami selalu berhasil mengatasi entah dengan minyak urut, minyak kayu putih, fresh care etc. Tapi tidak pada hari itu, badan bapak demam, menggigil tak kunjung sembuh. Kami bingung, mau ngasih obat, juga beliau tidak mau makan kecuali minum madu instan. Itupun dengan susah payah.


Sore hari panas bapak belum turun. Tapi, alhamdulillah menggigilnya sudah hilang. Tapi tengah malam, bapak menggigil lagi dan dalam cukup lama. Karena bapak juga meracau, ingin pulang, manggil-manggil orang-orang yang sudah meninggal dunia, kami memutuskan mengaji di sebelah bapa. Kami sempat shock lagi ketika tiba-tiba mata bapak ndak lagi bisa melihat, napasnya tersengal.Naik-turun, panjang-tipis.


Kami terpaksa memanggil kerabat, tetangga selain minta doa, kami ikut tergugu melihat kerabat-tetangga minta maaf sama bapak.

Saya juga sempat meminta hadiah fateha kepada jamaah salat subuh di musalah dekat rumah.

Jam 7 pagi minggu terakhir Oktober 2020 bapak, mangkat, mengakhiri jatah umurnya. Ohya bapak wafat dalam usia 80an lebih.



Alfatiha.

Kamis, 19 November 2020

Kisah Tukang Es Cilik dan Majalah Kesayangannya.

 


 

Alkisah seorang anak kecil, setiap hari, sepulang sekolah menjajakan es lilin keliling kampung. Dengan berjualan es lilin anak kecil tersebut bisa mempunyai uang saku sekolah, maklum bapaknya cuma buruh macul (cangkul ) , yang penghasilannya sangat minim. Selain mendapat uang saku, dengan berjualan es lilin, dia mendapat bonus dipinjami majalah Bobo oleh si pemilik dagangan.

 

Ya. Meski lahir dari keluarga tak mampu, anak kecil tersebut gila baca. Baca apa saja. Buku pelajaran, majalah, dongeng, sampai koran bekas bungkus bumbu dapur atau nasipun ia baca.

 

Hingga kelas satu SMP, anak kecil itu masih berjualan es lilin. Selain menjajakan es lilin sepulang sekolah, anak kecil itu diberi tugas si pemilik dagangan untuk mengantar es-es ke warung-warung dengan sepeda mini. Si anak kecil yang kini menjadi abg ( anak baru gede ) senang-senang saja meski karena sibuk mengantar es ke warung-warung dirinya kerap di tegur wali kelasnya karena sering terlambat sampai di sekolah.

 

Memasuki usia remaja, semangat membacanya tak juga redup. Dia rajin mengunjungi perpustakaan baik sekolah maupun perpustakaan milik pemerintah. Bahkan saking rajinnya, setahun bisa ganti kartu anggota.

 

 Kalau  punya uang lebih, dia membeli buku atau majalah tak selalu baru bahkan lebih banyak dia beli di kios buku dan majalah loakan. Uniknya, buku atau majalah yang dibelinya tersebut selalu ia suguhkan kalau ada teman-temannya mampir ke rumah. Jadi kalau ada teman yang main, bukan kue atau segelas sirup yang tersaji di meja ruang tamu, tetapi majalah atau tabloid remaja semacam Aneka Yes, Anita Cemerlang, Hai, Kawanku maupun majalah Bobo

 

Anak kecil yang pernah berjualan es lilin keliling itu saya. Sekarang atas izin Allah dan tentu saja dukungan orang- orang sekitar, kini saya telah menulis diberbagai media baik lokal maupun nasional. Seperti majalah Ummi, Majalah Tarbawi, Majalah Aku Anak Saleh, Majalah Soca, Tabloid Cempaka, Koran Suara Merdeka, Radar Tegal, Wawasan, Radar Bojonegoro, Seputar Tegal dan Nirmla Pos. Bahkan profil singkatnya pernah menghias media semacam Suara Merdeka, Radar Tegal, Website Resmi Pemkab Tegal dan lain-lain.

 

Selain aktif mengirim tulisan di media, saya juga menulis antologi bersama penulis lainnya, alhamdulillah tak kurang dari 12 buku telah memuat tulisan saya, plus dua buku pribadi bertajuk Baju untuk Lili dan Kemuning. Ohya untuk bisa menjadi penulis, harus rajin membaca, menulis, mengirimkan karya ke media atau penerbit dengan semangat membaja jika mengalami penolakan naskah yang kita kirim.

 

Jadi kalau kita sudah gemar membaca, pupuklah hobi tersebut. Yang belum terlalu suka membaca, cobalah karena membaca itu membuka jendela dunia, menambah wawasan dan memperluas cakrawala.

 

 

Penulis : Sutono Adiwerna. Penulis cerita anak.

Rabu, 18 November 2020

Cinta dari Musim ke Musim

  Judul buku : Till this Season Ends

Pengarang : Alfian Dan
iear, Shabrina Ws dkk

Penerbit : Yutaka

Tebal : 170 hlm


Ingat baik baik. Hanya dengan jarak kita bisa saling merindukan.

Buku ini, merangkum kisah cinta yang manis, pahit, getir dari musim ke musim lainnya. Bukan hanya tentang cinta dua sejoli, ada juga cinta ibu dan anaknya, cinta suami kepada isterinya.

 

Kelebihan buku ini selain kaver, ilustrasi yang ok, kumpulan cerpen manis ini ditulis oleh penulis penulis yang punya jam terbang lumayan. Sebut saja Shabrina Ws, Wiwik Waluyo, Dian Onasis dan masih banyak lagi.

Kita bisa membaca dari halaman pertama ke halaman terakhir, bisa acak, bisa mulai dari penulis yang kamu suka. Selamat membaca.

Jumat, 06 November 2020

SEHAT ALA ROSULULLAH.

 Judul Buku : Aku Sehat Tubuhku Kuat, Prestasiku Hebat

Penulis : Ririn Astuti Ningrum

Penerbit : Gema Insani, Depok

Cetakan : Oktober 2020

ISBN : 678-602-250-838-0


Saat sarapan, Jeha makan sangat banyak, sambil berdiri dan sedikit minum. Akibatnya, di kelas Jeha kebelet buang air besar. Saat di toilet, Jeha susah buang air besar. Juga saat pipis Jeha tidak menyiram. Menjelang magrib, Jeha juga makan donat besar padahal sudah adzan.

Akibatnya, saat salat di masjid, Jeha buang angin tak sengaja.

Komik aku sehat, tubuhku kuat, prestasiku sehat berisi komik-komik edukatif perihal sehari-hari Jeha, Meca, Umma dan Abba.

Dalam komik komik Jeha oh Jeha, pembaca anak diingatkan agar makan secukupnya, menjaga kebersihan.

Selain Jeha oh Jeha, ada beberapa cerita yang tak kalah seru. Seperti, berani khitan, surga di rumah nenek dan jamur berlian.

Buku ini cocok dibaca siapa saja. Terutama anak-anak muslim.

Kelebihan buku ini, dilengkapi pojok ayat, info covid juga buklet teka-teki silang. Pokoknya keren deh. Selamat membaca ya.




Serunya beli buku-buku seken

 1. Buku yang kita dapatkan original dengan harga terjangkau. 2. Pernah mendapatkan buku yang edisi PO, ada tanda tangan penulisnya. 3. Pern...