Tahun 2007, saya mulai merintis karir di dunia kepenulisan. Media massa yang ada kolom cerpen dan puisinya kala itu, saya kirimi naskah termasuk Radar Tegal. Awal-awal, saya mengirimkan naskah-naskah tersebut via pos. Puisi, cerpen yang saya ketik di rental komputer saya print, saya baca ulang. Kalau sudah benar-benar dirasa oke, barulah saya membeli amplop, pranko dan membawa naskah tersebut ke kantor pos untuk dikirim ke alamat media yang saya incar. Dan semuanya sukses. Sukses ditolak dan tanpa kabar.
Suatu hari, setelah saya sudah punya email, saya mengirim cerpen bertajuk Bukan Mimpi Yang Terpenggal. Isi cerpen tersebut tentang seorang pemuda yang bermimpi menjadi penulis terkenal seperti Habiburahman Elsirazy yang kala itu mencuat dengan Ayat-ayat Cinta-nya, seperti Helvy Tiana Rosa yang beken dengan Ketika Mas Gagah Pergi, atau sehebat Jony Ariadinata yang kala itu menjadi redaktur majalah sastra Horizon. Cerpen-cerpen Jony juga kerap menghias media massa lain baik sebagai penulis cerpen maupun menggawangi tanya jawab tentang cerpen di sebuah majalah.
Rupanya, saking semangatnya ngirim, di bawah cerpen saya lupa memberi nama pengarang apalagi biodatanya. Jadi pas cerpen tersebut tayang di Radar, nama penulisnya adalah alamat email saya, sutono_adiwerna. Sejaka saat itu, karena cerpen pertama yang berhasil goal dimuat, saya memakai nama tersebut sebagai nama pena hingga sekarang. Sekedar info, sekarang saya telah menulis kurang lebih 80-an di media massa baik lokal maupun nasional. Telah menulis beberapa buku berupa kumpulan cerpen dan kumpulan cerita anak. Alhamdulillah.
2009, saya yang masih merintis karir di dunia kepenulisan, melengkapi niat tersebut saya keluar dari pekerjaan sebagai pelayan toko besi menjadi loper koran. Termasuk Radar Tegal. Saya masih ingat awal menjadi loper, mencari pembeli, pelanggan koran itu susahnya minta ampun. Tapi saya tetap kekeuh berjualan koran. Koran Radar, paling laku jika hari sabtu. Mungkin karena iklan lowongan kerjanya sangat melimpah kala itu, mungkin juga karena kalau sabtu halaman lebih tebal, atau bisa jadi karena sebagian kantor pemerintah tutup, jadi para pembaca yang biasanya nebeng di kantor, berduyun-duyun ke lapak koran.
Tidak hanya itu, berkah dari jualan koran, karir kepenulisan saya alhamdulillah semakin berkembang. Tercatat Radar beberapakali memuat cerpen, puisi, opini yang saya tulis. Tidak hanya, itu saat menagih honor ke kantor redaksi, ternyata sekertaris Radar Tegal kala itu teman saya saat SMP jadi bisa reuni kecil dengan Mba Risma kala itu.
Kenangan lain, profil saya pernah dimuat di Radar Tegal beberapa kali. Yang pertama ditulis oleh Mas Fatkhudin yang kedua oleh Alm Ghoni. Alfatiha.
Terakhir, ijinkan saya mengucapkan selamat ulang tahun ke 20 kepada Radar Tegal. Semoga koran kebanggaan wong Tegal ini bisa terus bertahan, berkembang beriring pesatnya digitalisasi. Aamiin.
Sutono, adalah Ketua FLP Tegal, serta pegiat literasi.