Judul buku : Kasur Tanah
Pengarang
: Muna Masyari dkk
Penerbit
: Penerbit Buku Kompas
Cetakan
: 2018
Tebal
: 202 halaman
ISBN
: 978-602-412-416-8
Embu
menikah dengan lelaki tua. Cinta pertama embu kandas karena status social dan
tradisi perjodohan
Menjelang embu lahir, kakek tidak punya biaya terpaksa
meminta tolong kepada lelaki yang sudah memiliki tiga istri itu untuk membiayai kelahiran embu ke dunia. Karena tidak mau menanggung utang
budi, kakek menjodohkan embu yang masih bayah merah dengan lelaki tua itu
Embu
yang perawan desa mengorbankan cintanya dan menikah dengan lelaki tua itu. Ketika
lelaki tua itu meninggal, embu yang menjanda di usia muda tak tergoda untuk
menikah lagi
Waktu
merambat cepat. Anak embu, Bhing sudah besar
“
Sekarang kau sudah besar. Sebelum mati, aku ingin melihatmu menikah “
Embu
yang jatuh sakit, diduga diteluh laki – laki yang cintanya ditolak embu. Embu
mendesak Bhing untuk mengenalkan laki laki yang selama ini dicintai Bhing
Begitu
tahu lelaki yang dicintai anaknya adalah Keh Sadulah, cangkir di tangan embu
terlepas dan terjatuh. Cangkir yang hendak dijadikan sortana itu berkepeng di lantai.
Siapakah
Keh Sadulah tersebut ?
Kasur
Tanah, merangkum 21 cerpen pilihan Kompas 2017. Selain Muna Masyari ada banyak
maestro cerpen menulis di buku ini. Sebut saja, Putu Wijaya, Ahmad Tohari, Budi
Dharma, Triyanto Triwikromo, Agus Noor, Djenar Maesa Ayu dan masih banyak
lainnya
Kelebihan
kumpulan cerpen ini adalah sebagian cerpen mengangkat lokalitas. Lokalitas yang
ditulis, dituturkan dengan kuat bukan hanya sekedar tempelan. Sebut saja cerpen
Kasur Tanah ( Muna Masyari ), Mbah Dlimo ( A Mutaqqin ), Rumah Batu dan Kakek
Songkok ( Lina PW ) dan tentu saja Paman
Klungsu- nya si Ronggeng Dukuh Paruk ( Ahmad Tohari )
Kelebihan
lain, kesemua cerpen dilengkapi dengan ilustrasi yang aritstik nan menawan
Kasur
Tanah, sangat sayang untuk dilewatkan terutama bagi para pecinta sastra cerpen
. Selamat Membaca
Tidak ada komentar:
Posting Komentar